Minggu, 04 September 2016

Sang Hafidz Al-Quran yang Produktif Menulis







KH. Maftuh Basthul Birri terlahir di Kutoarjo Purworejo Jawa Tengah pada tahun 1948 M. Mula-mula beliau menghafal al-Quran di hadapan KH. Ahmad Munawwir, Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Dilanjut belajar qiraah sab’ah di hadapan Kyai Nawawi Abdul Aziz (Ngrukem, Bantul Yogyakarta). Beliau juga pernah tabarukan di Pondok Pesantren Yanbu’ul Quran Kudus di hadapan Kyai Arwani Amin, Kudus.


Selanjutnya KH. Maftuh Basthul Birri belajar ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Beliau bukan hanya ahli dalam bidang bacaan al-Quran, melainkan juga dalam bidang tulis-menulis al-Quran (khath). Hasil karyanya dalam bidang kaligrafi cukup banyak dan sangat indah. Tidak berlebihan jika kita menggolongkan beliau ke dalam daftar para khaththat handal Indonesia.






Saat ini beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Murotilil Quran (PPMQ) Lirboyo Kediri. Pesantren ini termasuk salah satu unit dari Pondok Pesantren Lirboyo yang konsen dalam mempelajari al-Quran. Pesantren yang dirintis KH. Maftuh Basthul Birri ini telah banyak mencetak hafidz-hafidzah berkualitas sekaligus mumpuni membaca dan memahami kitab-kitab kuning (kitab klasik Islam).


Di awal-awal berdirinya semaan al-Quran “Jantiko MANTAB” beliau aktif sebagai qari’ untuk daerah Kediri dan sekitarnya. Beliau juga menjadi pengamal wirid Dzikrul Ghafilin-nya Gus Miek, sehingga tidak heran kalau beliau menulis biografi dan karomah singkat para wali yang disebutkan dalam wirid itu.


Kedalaman ilmu dan pengalaman KH. Maftuh Basthul Birri dalam bidang al-Quran dan kitab kuning mengantarkan beliau menjadi penulis produktif dan kreatif. Diantara hasil karyanya adalah:


1. Hidangan Segar Al-Quran (Keutamaan-keutamaan dan Kewajiban Belajar al-Quran). Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.


2. Persiapan Membaca Al-Quran dengan Rosm Utsmani dan Tanda Baca yang Bertajwid. Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.


3. Mari Memakai Al-Quran Rosm ‘Utsmaniy (RU), Kajian Tulisan al-Quran dan Pembangkit Generasinya. Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

4. Al-Quran Bonus yang Terlupakan, Metode canggih mengaji dan mengajar al-Quran dan Perihal yang Terkait. Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

5. Fath al-Mannan (Tajwid Jawa Komplit). Surabaya: CV Ihsan.

6. Standar Tajwid Bacaan Al-Quran (terjemah bahasa Indonesia Fath al-Mannan). Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

7. Mental Khataman Al-Quran. Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

8. Reformasi Menurut Al-Quran. Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

9. Manaqib al-Auliya’ al-Khamsin. Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

10. Manaqib 50 Wali Agung (terjemahan bahasa Indonesia dari Manaqib al-Auliya’ al-Khamsin) Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

11. Jet Tempur, Turutan Mengaji Al-Quran Kanak-kanak (Pemula). Kediri: Pustaka Jet Tempur, PPMQ Lirboyo.

12. Dan lainnya.



Pondok Pesantren Murottilil Qur’an (PPMQ)

Berdirinya pondok pesantren unit Lirboyo yang satu ini, tidak bisa dilepaskan dari Madrasah Murottilil Qur’an (MMQ) yang dirintis oleh KH. Maftuh Basthul Birri. Madrasah ini berawal sekitar tahun 1397 H/ 1977 M yang kala itu berupa pengajian dengan sistem sorogan yang diasuh langsung oleh KH. Maftuh Basthul Birri. Karena semakin banyaknya santri yang mengaji, maka sekitar tahun 1979/ 1980 M. MMQ berdiri sebagai lembaga pendidikan Pondok Pesantren Lirboyo yang khusus membidangi al-Quran.


Kepengrursan MMQ sendiri mulai dibentuk tahun 1990. Dan mengingat kuantitas siswa yang terus bertambah, MMQ merasa perlu untuk memilah siswanya dalam beberapa tingkatan. Maka dibentuklah jenjang pendidikan dengan tingkatan Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah dan Aliyyah. Kemudian sekitar tahun 1997, dibentuklah sebuah jam’iyyah sebagai media ta’aruf antar santri MMQ dan ajang pendidikan yang bersifat ekstra kurikuler. Diantara kegiatannya adalah mengembangkan bakat santri dalam seni baca al-Quran.



Setiap tahun, MMQ terus melakukan perkembangan. Dan di tahun 2011 ini, dalam MMQ terdapat lima tingkatan.


· Pertama, tingkat I’dadiyah. Waktunya setengah tahun, dengan materi; Buku Turutan A, Ba, Ta.. Jet Tempur, mempelajari dan membaca mulai surat al-A’la sampai surat an-Nas.


· Kedua, tingkat Ibtidaiyah. Waktunya setengah tahun, dengan materi; Buku Persiapan Membaca al-Quran, Buku Bonus Agung yang Terlupakan, mempelajari dan menghafal mulai surat al-A’la-surat an-Nas.


· Ketiga, tingkat Tsanawiyah. Waktunya setengah tahun, dengan materi; Buku Standar Tajwid (Fathul Mannan), Manaqib al-Auliya’ al-Khamsin, mempelajari dan menghafal mulai surat al-A’la-syrat an-Nas, surat Yasin, al-Waqi’ah dan Bacaan-bacaan Ghorib.


· Ketiga, tingkat Aliyah. Waktunya kurang lebih satu tahun setengah, dengan materi; Buku Mari Memakai Rosm Utsmany, sorogan al-Quran mulai juz 1- 30 dan menghafalqisharis suwar.


· Sedangkan tingkatan keempat adalah Sab’atul Qira-at. Waktunya kurang lebih dua bulan dan diperuntukkan bagi siswa yang sudah selesai setoran al-Quran 30 juz, telah sukses menghafalkan surat-surat pendek (antara lain; juz 30, al-Mulk, al-Waqi’ah, ad-Dukhan, Yasin, as-Sajdah, al-Kahfi,) dan telah terdaftar sebagai peserta Takhtiman (Khatmil Quran).


Pada tanggal 16 Juni 2002, MMQ meresmikan cabangnya di daerah Batam. Kala itu, meski dengan fasilitas minim (bahkan tempat mengajinya masih meminjam lahan yang terletak di kawasan liar belakang Dormitori Blok R kawasan industri Batamindo Muka Kuning), MMQ Batam telah diikuti kurang lebih 600 siswa dengan tingkatan yang sama dengan MMQ Pusat, yaitu tingkatan Jet Tempur, Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, Aliyyah, Tahaffuzh, dan Qiro-ah Sab’ah. Cabang MMQ dengan Akte Notaris Yondri Darto, S.H. No. 196 tanggal 20 Juli 2004 ini, kini telah diikuti oleh lebih dari 4000 santri.


Selain MMQ, di dalam Pondok Pesantren Murottilil Qur’an (PP MQ) juga ada Majlis Qiro’ah Wat Tahfidz (MQT). Kegiatannya terbagi dua, harian dan mingguan.


· Harian meliputi: shalat jamaah lima waktu, qiyamullail, mengaji setor hafalan (ba’da jamaah shalat Shubuh), murattalan bersama (aktivitas memperbaiki bacaan al-Quran, membenahi makhraj dan menerapkan shifatul huruf yang dilaksanakan setelah jamaah shalat Dzuhur), dan mengaji Takror Hafalan (sebuah kegiatan yang mngumpulkan antara guru dan santri guna mengulang dan memahirkan hafalan al-Quran, disamping penyampaian materi kitab-kitab tajwid setelah jamaah shalat Ashar).


· Sedangkan kegiatan mingguannya adalah: musyawarah kitab-kitab tajwid (Kamis sore), Jam’iyyah Maulidiyyah (kegiatan yang di dalamnya juga berisikan pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, latihan khithabah dan praktek ubudiyyah setiap malam Jum’at), serta semaan al-Quran (hari Jum’at selepas jamaah shalat Shubuh). MQT juga membagi tingkatan-tingkatan anggotanya. Tingkat Marhalah I’dadiyyah (waktunya setengah tahun, dengan materi; hafalan surat-surat penting dan buku Persiapan Membaca Al-Quran), Tingkat Marhalah Ula, (waktunya satu tahun, dengan materi; hafalan juz 1-10 dan buku Standar Tajwid), Tingkat Marhalah Tsaniyyah, (waktunya satu tahun, dengan materi; hafalan juz 11-20 dan buku Tajwid Jazariyyah), Tingkat Marhalah Tsalitsah, (selama satu tahun, dengan materi; hafaln juz 21- 30 dan buku Tajwid Jazariyyah), dan Tingkat Sab’atul Qira-at (ditempuh kurang lebih tiga tahun dan diperuntukkan bagi santri yang telah mengkhatamkan al-Quran di hadapan KH. Maftuh Basthul Birri).


PP. MQ kian hari makin berkembang. Saat ini, PP. MQ yang diketuai Agus Khothibul Umam dan Imam Hasan Asy’ari Sebagai sekretarisnya, untuk MMQ diikuti siswa sebanyak 1467 dan MQT sejumlah 78 santri. Untuk menampung para santrinya, tahun 2005 dibangunlah bangunan baru di Dusun Sidomulyo Desa Klodran Kec. Semen yang berjarak kurang lebih 3 km dari PP. Lirboyo yang saat ini dihuni oleh 127 santri, 36 diantaranya adalah santri putri. Dan meskipun PP. MQ adalah pesantren yang fokus pada pengkajian al-Quran, di dalamnya juga diajarkan ilmu tauhid, fikih, akhlak, hadis, nahwu dan shorof, yang digelar setiap hari mulai pukul 08.00 WIs.



Do'a- doa sebelum ngaji Al-Quran Karya KH. Maftuh Basthul Birri


DO’A MEMBACA AL QUR’AN



اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِتَرْكِ الْمَعَاصِي أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِي ، وَارْحَمْنِي أَنْ أَتَكَلَّفَ مَا لَا يَعْنِينِي ، وَارْزُقْنِي حُسْنَ النَّظَرِ فِيمَا يُرْضِيكَ عَنِّي ,اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِبِي وَالْأَرْضِ ، ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ وَ الْعِزَّةِ الَّتِي لَا تُرَامُ : أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلَالِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ ,أَنْ تُلْزِمَ قَلْبِي حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِي ، وَارْزُقْنِي أَنْ أَتْلُوَهُ عَلَى النَّحْوِ الَّذِي يُرْضِيكَ عَنِّيَ .


اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ، ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِي لَا تُرَامُ : أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلَالِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُنَوِّرَ بِكِتَابِكَ بَصَرِي ، وَأَنْ تُطْلِقَ بِهِ لِسَانِي ، وَأَنْ تُفَرِّجَ بِهِ عَنْ قَلْبِي ، وَأَنْ تَشْرَحَ بِهِ صَدْرِي ، وَأَنْ تَستعملَ بِهِ بَدَنِي ، فَإِنَّهُ لَا يُعِينُنِي عَلَى الْحَقِّ غَيْرُكَ ، وَلَا يُؤْتِيهِ إِلَّا أَنْتَ


SYI'IR SEBELUM MENGAJI ALQUR'AN


كَلاَمٌ قَـدِيْمٌ لاَّ يـُمَلُّ سَـمَاعُهُ ۝ تَنَـزَّهَ عَـنْ قَـْولٍ وَّفِـعْلٍ وَّنِيَّةِ 
بِهِ أَشْتَـفِيْ مِـنْ كُلِّ دَاءٍ وَّ نُوْرُهُ ۝ دَلِـيْلٌ لِّقَلْبِي عِـنْدَ جَهْلِيْ وَحَيْـَرتِيْ
فَـيَا رَبِّ مَـتِّعْنِي بِسِرِّ حُـرُوْفِهِ ۝ وَنَـوِّرْ بِهِ قَلْبِـيْ ِـيَّةِ وَسَـمْعِيْ وَمُقْلَتِيْ
وَ سَهِّـلْ عَلَيَّ حِفْظَهُ ثُمَّ دَرْسَـهُ ۝ بِـجَاهٍ النَّـِبيْ وَالأَلِ ثُمَّ الصَّحَابَـةِ
قُرْأَنُنَا مِنْ مُعْجِزَاةِ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدَا ۝ أَجَـلُّهَا نَفْعًا عَلَى أُمَّـتِهِ مُسَرْمَـدَا
طُوْبَى لِمَنْ يَحْفَظُهُ دُنْياَ وَأُخْرَى أَبَدَا ۝ وَكَيْفَ لاَ إِذَا يَمُوْتُ جِسْمُهُ لَنْ يَفْسُدَا


صَـلاةُ اللهِ سَـلامُ اللهِ # عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ

صَـلاةُ اللهِ سَـلامُ اللهِ # عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ

اِلهِـى عَـلِّـمِ اْلاُمـَّة # بالْقُرْان وَالْحكْمَة

وَبالْعُلُوْم وَالْاَعْمَال # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ

اِلهِـى اغْفِـرِ وَاَ كْرِمْنَـا # بِـنَيـْلِ مـَطَالِبٍ مِنَّا

وَدَفْـعِ مَسَـاءَةٍ عَـنَّا # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ

اَتَيـْنَا طَالِـبِى الرِّفْـقِ # وَجُـلِّ الْخَـيْرِ وَالسَّـعْدِ

فَوَسِّـعْ مِنْحَـةَ اْلاَيـْدِىْ # بِاَهْـلِ الْبَـدْرِ يـَا اَللهُ


Al-Quran penuh berkah, mengajilah biar gagah (2X)
Al-Quran penuh cahaya, mengajilah biar kaya.

Ngaji Quran tidak mudah, janganlah dianggap mudah (2X)
Jangan hanya kanak-kanak, tua pun mengajilah.

Para guru para imam, mengajilah sampai mahir (2X)
Itulah perintah Allah, janganlah dilupakan.

Baca tulisan bukanlah ngaji, bahkan harus sampai hafal pandai (2X)
Itulah namanya ngaji, yang harus kita tekuni.

Kalau Quran diremehkan, hilanglah barokah Allah (2X)
Gejolak datang petaka datang, susah payah kita semua.

Sekarang bukti nyata, sadarlah kita bersama (2X)
Di dunia berantakan, di akhirat masuk neraka.

Semoga Allah melimpahkan, keberuntungan bagi kita (2X)
Di dunia sejahtera, akhir kelak masuk ke surga.


Link download: Sholawat-Mengajilah-Alquran-Kyai-Maftuh-Lirboyo

keutamaan 10 hari di bulan dzul hijjah



✨فضل الأيام العشر من ذى الحجة ✨

من صام هذة الايام أكرمه الله تعالى بعشرة أشياء هى :
Barang siapa yang berpuasa di sepuluh hari tersebut maka allah S.W.T memuliakan nya dengan 10 perkara yaitu :


1- البركة فى العمر
1.Diberikan keberkahan dalam umur

2- الزيادة فى المال
2.diberikan kelebihan di dalam harta
3- الحفظ والبركة فى الاولاد
3.Di jaga dan di berkahi anak keturunan nya
4- التكفير للسيئات
4.Di ampuni segala kesalahan2an nya
5- مضاعفة الحسنات
5.Dilipat gandakan semua kebaikan nya
6- التسهيل عند سكرات الموت
6.Dimudahkan ketika menghadapi kematian
7- الضياء لظلمة القبر
7.Diterangi di dalam kegelapan kubur nya
8- التثقيل فى الميزان
8.Di beratkan timbangan amal baik nya
9- النجاة من دركاته
9.Diselamatkan dari keterpurukan
10- الصعود فى درجاته
10.Dinaikan derajat nya
روى بن عباس عن رسول الله صلى الله علية وسلم أنه قال :
Diriwayatkan dari ibnu abbas dari rosulullah S.A.W bersabda :

اليوم الذى غفر الله فيه لأدم عليه السلام هو أول يوم من ايام ذى الحجة من صام ذلك اليوم عفر الله له كل ذنب.
Hari inilah allah S.W.T mengampuni dosa sayyidina adamA.S dan itu hari pertama bulan dzulhijjah barang siapa yang berpuasa di hari itu allah S.W.T akan mengampuni semua dosa nya
✨✨✨✨✨✨✨

اليوم الثانى هو اليوم الذى استجاب الله فيه دعاء سيدنا يونس عليه السلام وهو فى بطن الحوت من صام ذلك اليوم كمن عبد الله سنة كاملة ولم يعصية طرفة عين
Dan hari kedua hari dimana allah S.W.T mengabulkan do'a sayyidina yunus A.S dan barang siapa yang berpuasa di hari yersebut maka allah S.W.T akan mencatat seakan telah beribadah setahun penuh dan tidak pernah bermaksiat sekecil apapun
✨✨✨✨✨✨✨✨

اليوم الثالث هو اليوم الذى استجاب الله فية دعاء سيدنا ذكريا من صام ذلك اليوم استجاب الله دعاءة.
Dan hari ketiga dimana allah S.W.T mengabulkan do'a sayyidina zakariyya barang siapa yang berpuasa dihari tersebut maka allah akan mengabulkan do'a nya
✨✨✨✨✨✨✨✨

اليوم الرابع هو اليوم الذى ولد فيه سيدنا عيسى عليه السلام من صام ذلك اليوم ينفر الله عنه الفقر والبؤس.
Dan hari ke empat hari lahir nya sayyidina isa A.S barang siapa yang berpuasa dihari twrsebut maka allah akan menyelamat nyan nya dari kefaqiran dan kesengsaraan
✨✨✨✨✨✨✨✨✨

اليوم الخامس هو اليوم الذى ولد فيه سيدنا موسى عليه السلام من صام ذلك اليوم انجاة الله من عذاب القبر.
Dan hari kelima hari lahir nya sayyidina musa A.S barang siapa yang berpuasa dihari tersebut maka allah S.W.T akan menyelamatkan nya dari siksa kubur
✨✨✨✨✨✨✨✨✨

اليوم السادس هو اليوم الذى فتح الله فيه لنبيه كل ابواب الخير من صام ذلك اليوم ينظر الية الله بالرحمة ومن نظر الله اليه بالرحمة لا يعذبه ابداً
Dan di hari ke enam hari dimana allah S.W.T membukakan semua pintu kebaikan bagi para nabi nya barang siapa yang berpuasa dihari tersebut maka allah akan melihat nya dengan pandangan rohmah dan siapa saja yang di pandang oleh allah S.W.T dengan pandangan rahmah maka allah S.W.T tidak akan menyiksanya selama-lama nya
✨✨✨✨✨✨✨✨✨

اليوم السابع هو اليوم الذى تغلق فيه ابواب جهنم فلا تفتح حتى تنتهى العشر ومن صام ذلك اليوم فتح الله له ثلاثين باباً من اليسر واغلق عنه ثلاثين باباً من العسر.
Dan dihari ke tujuh dimana allah S.W.T menutup pintu neraka jahannam nya dan tidak dibuka kecuali telah lewat tanggal 10 dzulhijjah barang siapa yang berpuasa di hari tersebut allah S.W.T akan menbukakan 30 pintu kemudahan dan menutup 30 pintu kesulitan
✨✨✨✨✨✨✨✨✨

اليوم الثامن هو يوم التروية من صام ذلك اليوم أعطاه الله من الخير مالا يعلمه الا الله سبحانة وتعالى.
Dan hari ke delapan yaitu hari tarwiyah barang siapa yang berpuasa dihari tersebut allah S.W.T akan memberikan kebaikan yang tidak diketahui siapapun kecuali allah S.W.T
✨✨✨✨✨✨✨

اليوم التاسع وهو يوم عرفة من صام ذلك اليوم كان كفارة للسنة الماضية والسنة المستقبلية وهو اليوم الذى انزل فيه الله تعالى ( اليوم أكملت لكم دينكم) صدق الله العظيم.
Dan dihari kesembilan yaitu hari arofah dan puasa dihari tersebut merupakan penebusa dosa di tahun yang telah lalu dan tahun yang akan datang di hari ini pula allah menurunkan firman nya "hari inilah aku menyempurnakan agamaku na menyempurnakan pula nikmat2 ku dan aku meridhoi pada kalian agama islam"
✨✨✨✨✨✨✨

اليوم العاشر وهو يوم

العيد ويوم التضحية ومن قرب فيه قرباناً كان كفارة لكل ذنوبة .
Dan dihari ke sepuluh yaitu hari eid dan hari penyembelihan qurban barang siapa yang menyembelih hewan qurban sesungguh nya itu adalah penghapusan bagi semua dosa
✨✨✨✨✨✨✨✨

فأغتنموا هذة الفرصة وتقربو فيها الى الله سبحانة وتعالى بالاعمال الصالحة واكثروا من الصوم فى تلك الايام واضعف الايمان هو صوم يوم عرفة فلا تجعلوا هذه الفرصة تفوتكم ربما لا نكون موجودين بالدنيا فى العام القادم ويومها سنكون نادمين اشد الندم .
✨✨✨✨✨✨✨

وكل عام وانت بخير والسلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

Mbah Marzuqi dan Mbah Mahrus



Mbah H. Syungeb (Syu’aib), Blengok Gandusari Trenggalek, bercerita saat takziyah atas meninggalnya adik ipar kemarin, bahwa pada tahun 1974 beliau menunaikan ibadah haji yang kebetulan satu pesawat dengan KH. Mahrus Ali, Nyai Hj. Zainab (istri beliau) dan Gus Imam (KH. Imam Yahya Mahrus). Dan, pada musim haji tahun 1974 itulah terjadi musibah jatuhnya pesawat yang membawa jama’ah haji asal kabupaten Blitar di Colombo yang kemudian semua korbannya dimakamkan di komplek makam Sunan Ampel, tepatnya di samping makam Mbah Bolong.

Sebenarnya, mbah yai Mahrus beserta keluarga dijadwalkan naik pesawat tersebut dan beliau saat itu sudah berada di atas pesawat. Ketika baru saja duduk di kursi pesawat, tiba-tiba beliau berdiri dan dawuh kepada Bu Nyai dan Gus Imam, “Ayo mudun, melu penerbangan sak mburine iki, pesawat iki mambu gondho mayit.”

Kemudian, beliau bertiga akhirnya ganti pesawat, sehingga menjadi satu kloter dengan mbah Syungeb. Dan setelah itu, terjadilah musibah jatuhnya pesawat yang kemudian dimonumenkan dengan pembangunan Rumah Sakit Syuhada Haji di Blitar.

Kemudian, sesampainya di tanah suci dan rangkaian ibadah haji dimulai, di salah satu hari, Mbah Yai Mahrus, Bu Nyai dan Gus Imam naik bis dari Kos tempat menginap milik Syekh Sirojuddin menuju Masjidil Haram. Perlu diketahui, bahwa Syekh Sirojuddin adalah alumni Lirboyo era mbah Faqih Sumbersari Pare Kediri, putra dari KH. Abdulloh Umar, pendiri Pondok Pesantren AT-TAQWA Kedunglurah Trenggalek.

Saat itu, mungkin karena ingin menikmati suasana lain, Gus Imam naik di atas kap bis bersama beberapa jama’ah haji lainnya, sedangkan Mbah Yai Mahrus beserta Bu Nyai duduk di kursi dalam bis.

Ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba sopir mendadak mengerem bis untuk menghindari tabrakan, dan penumpang yang berada di atas kap berjatuhan, termasuk Gus Imam. Pada saat jatuh itulah ada kejadian luar biasa yang dialami Gus Imam. Sebagaimana yang diceritakan sendiri pada mbah Syungeb, bahwa ketika jatuh dari kap bis, Gus Imam tidak merasakan kesakitan atau bahkan terluka, karena pada saat itu ternyata beliau tiba-tiba ditangkap oleh KH. Marzuqi Dahlan dan diselamatkan dalam pangkuannya, padahal saat musim haji tahun itu Mbah Yai Marzuqi tidak ikut melaksanakan ibadah haji dan hanya berada di Lirboyo.

Gus Imam berkata pada mbah Syungeb, “Anu ngeb, pas ceblok songko nduwur bis, aku ditampani karo Pak Dhe, padahal Pak Dhe ndek Lirboyo lho, ora melu haji. Bar ngunu, aku noleh Pak Dhe wis ora enek.”

Yang dimaksud dengan Pak Dhe oleh KH. Imam Yahya Mahrus adalah Al-Maghfurlah KH. Marzuqi Dahlan, ayahanda KH. A. Idris Marzuqi.

Untuk para beliau, Al-Fatihah...

K Azizi chasbulloh

Kajian Qurban Dalam Kitab Fathul Mu'in


B E R Q U R B A N

Oleh: Mustamar Imam Mujri 
Ketua LBM NU Kab. Pringsewu

Kitab Fathul Mu’in Bi Hamisy I'anah 2/330-334


يُسَنُّ مُتَأَكِّدًا لِحُرٍّ قَادِرٍ تَضْحِيَةٌ بِذَبْحِ جَذَعِ ضَأْنٍ لَهُ سَنَةٌ أَوْ سَقَطَ سِنُّهُ وَلَوْ قَبْلَ تَمَامِهَا أَوْ ثَنِيِّ مَعْزٍ أَوْ بَقَرٍ لَهُمَا سَنَتَانِ أَوْ إِبِلٍ لَهُ خَمْسُ سِنِيْنَ بِنِيَّةِ أُضْحِيَةٍ عِنْدَ ذَبْحٍ أَوْ تَعْيِيْنٍ

Qurban disunnahkan dengan muakkad bagi orang mampu, dengan menyembelih kambing domba berumur satu tahun, atau yang sudah tanggal giginya meskipun belum sempurna umur satu tahun, atau kambing kacang umur dua tahun, atau sapi umur dua tahun, atau onta umur lima tahun, dengan niat berqurban yang dilakukan ketika penyembelihan atau ketika menentukan hewan yang akan dijadikan qurban


يُشْتَرَطُ فِيْهَا اَلنِّيَّةُ عِنْدَ الذَّبْحِ أَوْ قَبْلَهُ عِنْدَ التَّعْيِيْنِ لِمَا يُضَحِّيْ بِهِ وَمَعْلُوْمٌ أَنَّهَا بِالْقَلْبِ وَتُسَنُّ بِاللِّسَانِ فَيَقُوْلُ نَوَيْتُ الْأُضْحِيَّةَ الْمَسْنُوْنَةَ أَوْ أَدَاءَ سُنَّةِ التَّضْحِيَةِ فَإِنِ اقْتَصَرَ عَلَى نَحْوِ الْأُضْحِيَّةِ صَارَتْ وَاجِبَةً يَحْرُمُ الْأَكْلُ مِنْهَا

Qurban disyaratkan niat yang dilakukan ketika menyembelih hewan qurban, atau sebelum penyembelihan yaitu ketika menentukan hewan yang akan dijadikan qurban. Sebagaimana diketahui bahwa niat adalah didalam hati, dan disunnahkan diucapkan dengan lisan, yaitu dengan mengucapkan:

NAWAITUL UDH_HIYYATAL MASNUUNATA (niyat ingsun qurban sunnah / aku bersengaja qurban sunnah)

Jika hanya mengucapkan UDH_HIYYAH saja, maka qurban tersebut menjadi qurban wajib, hukumnya tidak boleh (haram) ikut memakan hewan qurban tersebut

وَهِيَ أَفْضَلُ مِنَ الصَّدَقَةِ

Qurban lebih utama dari shadaqah

وَوَقْتُهَا مِنْ اِرْتِفَاعِ شَمْسِ نَحْرٍ إِلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيْقِ

Waktu qurban mulai meningginya matahari pada hari Nahr (hari raya Idul Adha) sampai dengan akhir hari tasyriq

وَيُجْزِىءُ سُبُعُ بَقَرٍ أَوْ إِبِلٍ عَنْ وَاحِدٍ

Sepertujuh sapi atau onta cukup untuk satu orang

وَلَا يُجْزِىءُ عَجْفَاءُ وَمَقْطُوْعَةُ بَعْضِ ذَنَبٍ أَوْ أُذُنٍ أُبِيْنَ وَإِنْ قَلَّ وَذَاتُ عَرَجٍ وَعَوَرٍ وَمَرَضٍ بَيِّنٍ وَلَا يَضُرُّ شَقُّ أُذُنٍ أَوْ خَرْقُهَا

Berqurban tidak cukup dengan:Hewan yang kurus sekaliHewan yang terpotong sebagian ekornyaHewan yang telinganya dihilangkanHewan yang pincangHewan yang picak matanyaHewan yang sakit sekaliTidak apa-apa hewan yang telinganya terbelah atau robek

وَالْمُعْتَمَدُ عَدَمُ إِجْزَاءِ التَّضْحِيَةِ بِالْحَامِلِ خِلَافًا لِمَا صَحَّحَهُ ابْنُ الرِّفْعَةِ

Menurut pendapat yang mu’tamad, qurban tidak cukup dengan hewan yang bunting, berbeda dengan pendapat yang dishahihkan oleh Ibnu Rif’ah

وَلَوْ نَذَرَ التَّضْحِيَةَ بِمُعِيْبَةٍ أَوْ صَغِيْرَةٍ أَوْ قَالَ جَعَلْتُهَا أُضْحِيَةً فَإِنَّهُ يَلْزَمُ ذَبْحُهَا وَلَا يُجْزِىءُ أُضْحِيَةً وَإنْ اُخْتُصَّ ذَبْحُهَا بِوَقْتِ الْأُضْحِيَةِ وَجَرَتْ مَجْرَاهَا فِي الصَّرْفِ

Jika seseorang nadzar berqurban dengan hewan yang cacat, atau hewan yang kecil, atau dia berucap: “Aku jadikan hewan tersebut untuk berqurban” , maka hukumnya wajib menyembelih hewan tersebut, akan tetapi penyembelihan tersebut tidak mencukupi sebagai qurban meskipun dilakukan pada waktu qurban, dan hewan tersebut diperlakukan sebagaimana qurban dalam pentasarufannya


وَيَحْرُمُ الْأَكْلُ مِنْ أُضْحِيَةٍ أَوْ هَدْيٍ وَجَبَا بِنَذْرِهِ

Haram memakan qurban atau hadyu yang menjadi wajib karena dinadzari

وَيَجِبُ التَّصَدُّقُ وَلَوْ عَلَى فَقِيْرٍ وَاحِدٍ بِشَيْءٍ نَيِّئًا وَلَوْ يَسِيْرًا مِنَ الْمُتَطَوَّعِ بِهَا وَالْأَفْضَلُ اَلتَّصَدُّقُ بِكُلِّهِ إِلَّا لُقَمًا يَتَبَرَّكُ بِأَكْلِهَا وَأَنْ تَكُوْنَ مِنَ الْكَبِدِ وَأَنْ لَا يَأْكُلَ فَوْقَ ثَلَاثٍ وَالْأَوْلَى اَلتَّصَدُّقُ بِجِلْدِهَا وَلَهُ إِطْعَامُ أَغْنِيَاءَ لَا تَمْلِيْكُهُمْ

Qurban wajib disedekahkan walaupun kepada orang faqir satu berupa daging yang mentah meskipun sedikit dengan catatan qurbannya qurban sunnah.Utamanya disedekahkan semuanya kecuali beberapa suap dengan tujuan bertabarruk dengan memakannya, dan sunnahnya yang dimakan berupa hati.Utamanya tidak memakan melebihi tiga suapanUtamanya menyedekahkan kulitnyaBoleh memberi makan untuk orang-orang kaya, tidak boleh memberikan milik kepada mereka

وَيُسَنُّ أَنْ يَذْبَحَ الرَّجُلُ بِنَفْسِهِ وَأَنْ يَشْهَدَهَا مَنْ وَكَّلَ بِهِ

Seseorang yang berqurban disunnahkan menyembelih sendiri.Orang yang mewakilkan disunnahkan menyaksikan penyembelihan

وَكُرِهَ لِمُرِيْدِهَا إِزَالَةُ نَحْوِ شَعَرٍ فِيْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ وَأَيَّامِ التَّشْرِيْقِ حَتَّى يُضَحِّيَ

Orang yang berkehendak qurban dimakruhkan menghilangkan rambut dan lainnya pada sepuluh awal Dzul Hijjah dan hari-hari tasyriq hingga dia berqurban.


Wallaahu A’lam.






Seputar Qurban Dan Problematikanya



1. Pengertian Qurban


Qurban (Tadhhiyah) adalah ternak yang disembelih karena mendekatkan diri kepada Allah pada hari raya nahr sampai akhir hari tasyriq.[1] Hukumnya sunnah kifayah dalam satu keluarga berdasarkan :

فصل لربك وانحر (الكوثر : 2 )
Maka shalatlah (hari raya) dan sembelihlah (qurban)

عن أنس رضي الله تعالى عنه قال ضحى النبي صلى الله عليه وسلم بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده الكريمة وسمى وكبر ووضع رجله المباركة على صفاحهما (رواه مسلم )

Dari Anas ra ia berkata bahwa Nabi saw berkurban dengan dua kambing kibasy berwarna putih lagi panjang tanduknya, beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri yang mulia seraya membaca basmalah, bertakbir dan meletakkan kaki beliau yang berkah diatas leher keduanya. HR. Muslim


قال صلى الله عليه وسلم ما عمل ابن آدم يوم النحر من عمل أحب إلى الله تعالى من إراقة الدم وإنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأظلافها وإن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع على الأرض فطيبوا بها نفسا 


Rasulullah saw bersabda : Tidaklah beramal seorang anak Adam pada hari raya nahr dengan amal yang lebih dicintai Allah Ta’ala daripada mengalirkan darah (hewan kurban), dan sesungguhnya hewan kurban akan datang dihari kiamat lengkap dengan tanduk dan kakinya, dan sesungguhnya darah (kurban) akan sampai disuatu tempat disisi Allah sebelum darah itu sampai diatas tanah, maka sucikanlah hatimu dengan korban.


2. Qurban Atas Nama Orang Lain Atau Mayit

Berqurban atas nama orang lain tidak diperkenankan tanpa seizinya. Sedangkan berqurban atas nama orang yang sudah meninggal para fuqaha’ berbeda pendapat, ada yang berpendapat tidak sah jika tidak mewasiatkan dan ada yang bependapat sah sekalipun tidak mewasiatkan.[2]


Tidak diperkenankan seseorang berkorban atas nama orang hidup tanpa seizinnya dan juga atas nama mayit yang tidak mewasiatkannya.[3]


(Tidak sah berkorban atas nama mayit yang tidak mewasiatkannya, karena firman Allah swt (artinya) :”Dan sesungguhnya bagi manusia hanyalah apa yang ia usahakan”. Jadi jika ia mewasiatkannya maka boleh sampai ungkapan Dikatakan : sah berkorban atas nama mayit walaupun dia tidak mewasiatkannya, karena berkurban merupakan bagian daripada shadaqah dan shadaqah atas nama mayit adalah sah dan dapat memberi manfaat.


3. Berserikat Antara Qurban Dan Aqiqah

Memperserikatkan antara qurban dan aqiqah pada seekor ternak terdapat perbedaan pendapat, menurut Imam Ibnu Hajar yang bisa hasil hanya satu dan menurut Imam Muhammad Ramli kesemuanya bisa hasil.

(Persoalan) Apabila seseorang meniati aqiqah dan qurban, maka tidak hasil kecuali satu (niat) menurut Imam Ibnu Hajar dan bisa hasil keseluruhannya menurut Imam Muhammad Ramli. [4]

4. Pembagian Daging Qurban

Daging kurban wajib disedekahkan dalam keadaan mentah dan boleh mudhahhi memakan sebagiannya, kecuali jika kurban itu dinadzarkan, maka harus disedekahkan keseluruhannya.

Wajib (dalam kurban sunnah) mensedekahkan sebagian dagingnya walaupun sedikit dan makanlah dari kurban sunnah bukan kurban nadzar.

Disyaratkan untuk daging dibagikan dengan mentah agar sipenerima bebas mentasarufkan dengan sekehendaknya apakah dijual atau yang lain. [5] Adapun yang berhak menerima daging qurban adalah orang faqir sebgaimana yang dijelaskan oleh al-Qur’an :


فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ (الحج : 27 )

Maka makanlah sebagian daripadanya dan berikanlah (sebagian yang lain) untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.(QSAl-Hajj: 28)

Ijtihad para fuqaha’ tentang pembagian daging qurban ini setidaknya ada tiga pendapat : 

(1) Disedekahkan seluruhnya kecuali sekedar untuk lauk-pauk 
(2) Dimakan sendiri separo dan disedekahkan separo 
(3) Sepertiga dimakan sendiri, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga lagi disedekahkan.[6] 
Bagaimana dengan mendistribusikan daging qurban ke daerah lain atau disalurkan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana ?


Dalam hal memindah qurban terdapat dua pendapat ulama yang ditakhrij dari masalah memindah zakat dan menurut pendapat yang shahih dalam hal qurban adalah diperbolehkan.[7]


5. Wakalah Dalam Ibadah Qurban

Ibadah Qurban merupakan salah satu ibadah yang pelaksanaannya tidak harus oleh pihak yang berkorban (mudlahhi), tetapi boleh diwakilkan kepada pihak kedua baik perseorangan maupun beberapa orang yang terkordinir (panitia).[8]

a. Wakil Terkordinir

Panitia Qurban adalah sekelompok orang-orang tertentu yang pada umumnya dipersiapkan oleh suatu organisasi (ta’mir masjid, mushalla, instansi dan lain-lain) guna menerima kepercayaan (amanat) dari pihak mudlahhi (yang berkorban) agar melaksanakan penyembelihan hewan qurban dan membagikan dagingnya.

Memperhatikan pengertian panitia diatas maka dalam pandangan fiqh panitia adalah wakil dari pihak mudlahhi.

Wakalah menurut syara’ adalah penyerahan oleh seseorang tentang sesuatu yang boleh ia kerjakan sendiri dari urusan-urusan yang bisa digantikan (pihak lain), kepada pihak lain agar dikerjakannya diwaktu pihak pertama masih hidup.[9] Wakil adalah pengemban amanah, karena ia sebagai pengganti muwakkil (yang mewakilkan) dalam kekuasaan dan tasharruf, jadi kekuasannya seperti kekuasaan pihak muwakkil[10]

b. Tata Cara Penyerahan Qurban Kepada Panitia


Penyerahan hewan qurban kepada wanitia (wakil) haruslah melalui pernyataan yang jelas dalam hal status qubannya (sunat / wajib) maupun urusan yang diserahkannya (menyembelih saja atau dan juga membagikan dagingnya) pada pihak ketiga. Oleh karenanya harus ada pernyataan mewakilkan (menyerahkan) oleh pihak mudlahhi dan penerimaan oleh pihak panitia, lalu serah-terima hewan qurbannya.

c. Tugas Panitia Qurban

Tugas pokok panitia adalah menyembelih dan membagikan dagingnya kepada pihak yang berhak sesuai dengan pernyataan pihak mudlahhi saat penyerahan hewan qurban dan pihak wakil/panitia sedikipun tidak diperkenankan melanggar amanah ini sebagaimana keterangan diatas.

ولايملك الوكيل من التصرف الا ما يقتضيه اذن الموكل من جهة النطق او من جهة العرف ( المهذب جز 1 ص : 350 )

Tidak berkuasa seorang wakil dari urusan tasharuf melainkan sebatas izin yang didapat dari muwakkil melalui jalan ucapan atau adat yang berlaku.

Terkait dengan qurban nadzar/wajib, panitia harus menjaga dagingnya jangan sampai jatuh pada orang yang bernadzar, orang-orang yang wajib ditanggung nafkahnya dan juga panitia sendiri.[11]

Pihak yang berkorban tidak boleh memakan sedikitpun dari qurban yang dinadzarkan. Yakni ia tidak boleh memakannya, lalu jika memakannya sedikit saja maka wajib mengganti. Seperti halnya pihak mudhahhi adalah orang-orang yang wajib ditanggung nafkahnya.


CATATAN KAKI:

[1] وهي ما يذبح من النعم تقربا إلى الله تعالى من يوم عيد النحر إلى آخر أيام التشريق (فتح الوهاب ج: 2 ص: 327

[2] ولا يضحى احد عن حي بلا اذنه ولاعن ميت لم يوص اهـ منهاج القويم ص : 630

[3] ولا) تضحية (عن ميت لم يوص بها) لقوله تعالى “وان ليس للانسان الا ما سعي ” فان اوصى بها جاز الى ان قال وقيل تصح التضحية عن الميت وان لم يوص بها لانها ضرب من الصدقة وهى تصح عن الميت وتنفعه اهـ مغنى المحتاج ج : 4 ص : 292 – 293

[4] مسئلة) لو نوي العقيقة والضحية لم تحصل غير واحد عند حج ويحصل الكل عند مر اهـ اثمد العين ص : 77

[5] ويشترط فى اللحم ان يكون نيأ ليتصرف فيه من يأخذه بما شاء من بيع وغيره (الباجورى جز 2 ص : 302)

[6] . (Kifayatul Akhyar, juz 2 : 241)


[7] فرع) محل التضحية بلد المضحى وفى نقل الا0ضحية وجهان يخرجان من نقل الزكاة والصحيح هنا الجواز (كفاية الأخيار جز 2 ص : 242

وقد يستعمل فيمن نزلت به نازلة دهر وان لم يكن فقيرا (تفسير القرطبى جز 12 ص :

[8] ويستثنى من ذلك الحج وذبح الأضاحى وتفرقة الزكاة (كفاية الأخيار جز اول ص : 284)

Dikecualikan dari hukum diatas (tidak bisa diwakilkan) adalah ibadah haji, menyembelih qurban dan membagikan zakat.

[9] وفي الشرع تفويض شخص شيأ له فعله مما يقبل النيابة الى غيره ليفعله حال حياته (حاشية الباجورى جز 1 ص : 386

[10] والوكيل امين ) لانه نائب عن الموكل في اليد والتصرف فكانت يده كيده (حاشية الجمل جز 3 ص : 416

[11] ولا يأكل المضحى شيأ من الأضحية المنذورة (قوله ولا يأكل) اى لايجوزله الأكل فان أكل شيأ غرمه (قوله المضحى ) وكذا من تلزمه نفقته ( ألباجورى جز 2 ص :

Bulan Dzul Hijjah Dan Qurban




بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على سيدنا محمد و آله و صحبه و التابعين أما بعد


KEUTAMAAN DZULHIJAH
Hari-hari di sepuluh Dzulhijjah merupakan hari-hari yang berkah dan mulia di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hari yang dipenuhi anugerah dan karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagimana dinyatakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al Qur’an :
وَ الفَجْرِ . وَ لَيَالٍ عَشْرٍ

Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah, “Demi waktu fajar dan demi malam-malam yang sepuluh”.

Ahli tafsir dalam hal ini memiliki pendapat dan banyak dari mereka yang berpendapat, sebagaimana Al Imam As Suyuti di dalam tafsirnya yang berjudul Ad Durr Al Mantsur menyebutkan pendapat-pendapat para ahli tafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 10 (sepuluh) malam-malam tersebut adalah 10 (sepuluh) malam dari bulan Dzul Hijjah. Secara lebih jelas, hari yang dimaksud tersebut ada di awal Dzul Hijjah yakni sejak awal malam pertama bulan Dzul Hijjah sampai malam ke sepuluh atau malam takbir di malam hari raya Idul Adha. Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan keagungan-Nya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan bersumpah melainkan dengan sesuatu yang agung di sisi-Nya.
.و الفجر

“Demi waktu fajar”.

Ulama berpendapat bahwa fajar tersebut dapat dimaksudkan dengan fajar secara umum. Fajar adalah waktu yang penuh keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun banyak pendapat ahli tafsir yang menyatakan bahwa Fajar dalam ayat ini dikhususkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk waktu fajar pada hari Arafah. Pendapat lain juga mengatakan bahwa fajar yang dimaksud adalah pada hari Idul Adha. Hari Idul Adha ataupun hari Arafah merupakan hari yang berkah yang dimuliakan dengan terbit fajar rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, fajar keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, fajar karunia yang besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan semua itu ada di 10 (sepuluh) pertama Dzulhijah yang sangat diagungkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Segala amal ibadah yang dilakukan seorang hamba pada masa tersebut akan mendapat keberkahan dan pahala berlipat karena karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Semua hamba yang berada di tanah suci atau pun tidak, akan mendapat keberkahan dan karunia-Nya. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menganjurkan agar kita bisa memakmurkan waktu-waktu kita sebagaimana bulan suci Ramadhan dimakmurkan dengan ibadah dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jika ada ketaatan, amal ibadah yang ingin dilakukan maka segerakanlah untuk melakukannya.


PUASA ARAFAH
Para ulama mengatakan dan mengajarkan keutaaman berpuasa pada awal bulan, tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah karena pahala yang besar, atau minimal pada tanggal 9 Dzulhijjah. Bulan Dzul Hijjah adalah salah satu dari bulan-bulan Al hurum, dan di bulan-bulan Al Hurum disunnahkan untuk berpuasa. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud:
عن مجيبة الباهلية عن أبيها أو عمها أنه أتى رسول الله صلى الله عليه و سلم ثم انطلق فأتاه بعد سنة و قد تغيرت حالته و هيئته فقال: يا رسول الله أما تعرفني؟ قال: و من أنت؟ قال : أنا الباهلي الذي جئتك عام الأول. قال: فما غيرك و قد كنت حسن الهيئة. قال: ما أكلت طعاما منذ فارقتك إلا بليل. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عذبت نفسك. ثم قال: صم شهر الصبر و يوما من كل شهر. قال: زدني. قال: صم من الحرم و اترك صم من الحرم و اترك صم من الحرم و اترك. و قال بأصابعه الثلاث فضمها ثم أرسلها. رواه أبو داود بإسناد حسن.[1


Dari Mujibah Al Bahilyah dari ayahnya atau pamannya, bahwasanya dia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam kemudian dia pergi. Maka dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam satu tahun kemudian sedang keadaannya telah berubah, maka dia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengenalku?” “Siapa kamu?” tanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. dia menjawab: “Aku adalah Al Bahili yang mendatangimu tahun lalu”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam bertanya: “Lantas apa yang membuat fisikmu berubah?”. Al Bahili menjawab: “Aku tidak memakan makanan sejak berpisah denganmu kecuali di malam hari”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam berkata: “Engkau telah menyiksa dirimu sendiri. Berpuasalah di bulan kesabaran (Ramadhan) dan sehari setiap bulan”. Al Bahili berkata: “Tambahkan lagi untukku”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam menambahkan: “Berpuasalah di bulan Al Hurum dan tinggalkan, Berpuasalah di bulan Al Hurum dan tinggalkan, Berpuasalah di bulan Al Hurum dan tinggalkan.” Beliau isyaratkan dengan jari tangannya yang digenggamkan kemudian diulurkan tiga kali.

Di dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam:
ما من أيام أفضل عند الله و لا العمل فيهن أحب إلى الله عز و جل من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل و التكبير و ذكر الله فإنها أيام التهليل و التكبير و ذكر الله و إن صيام يوم منها يعدل سنة و العمل فيهن يضاعف سبعمائة ضعف.[2

“Tidak ada hari yang lebih afdhol di sisi Allah dan tidak hari dimana amal ibadah disukai oleh Allah untuk dilakukan di hari tersebut sebagaimana hari-hari sepuluh ini (bulan Dzul Hijjah). Maka itu perbanyaklah oleh kalian dari tahlil, takbir dan dzikir kepada Allah karena hari-hari sepuluh tersebut adalah hari-hari tahlil, takbir dan dzikir kepada Allah dan sesungguhnya puasa satu hari darinya menyamai satu tahun dan amal ibadah dilipat gandakan menjadi tujuh ratus kali lipat”.

Sebagaimana di hari Arafah disunnahkan pula untuk berpuasa. Dalam sebuah hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim:
عن قتادة رضي الله عنه قال سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صوم عرفة قال: يكفر السنة الماضية و الباقية.

Dari Qotadah Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ditanya oleh para sahabatnya tentang puasa di hari Arafah, maka beliau mengatakan bahwasanya puasa di hari Arafah (atau ditanggal 9 bulan Dzulhijah) itu mengampuni dosa dua tahun, tahun yang lalu dan tahun berikutnya.

Jika puasa di hari Asyura mengampuni dosa satu tahun, maka puasa dihari Arafah mengampuni dosa dua tahun ; dosa yang terdahulu satu tahun dan dosa satu tahun yang akan datang. Ulama mengatakan di dalam hadits ini terdapat kabar gembira dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Pertama, kabar gembira bagi orang yang berpuasa ditanggal sembilan adalah pengampunan dosanya untuk dua tahun yakni tahun yang lalu dan tahun yang akan datang. Kedua, selain diampuni dosanya selama dua tahun, hamba tersebut akan panjang umur dan bertemu hari Arafah tahun depan, karena pengampunan tersebut tentunya akan diberikan kepada orang yang masih hidup. Hadist ini memberikan gembira bagi yang berpuasa bahwasanya hamba tersebut akan panjang umur sampai menjumpai hari Arafah tahun berikutnya. Oleh karenanya sangat dianjurkan berpuasa untuk mendapat pengampunan Allah dan umur panjang dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala di tanggal tersebut.

IBADAH QURBAN
Selain berpuasa, kita juga dianjurkan untuk berqurban atau Udh hiyah. Qurban adalah ibadah yang disukai, dicintai, dan diganjar dengan pahala besar oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
ما عمل أدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إراقة الدم


“Seorang anak adam tidak melakukan suatu amal ibadah di hari raya Idul Adha yang lebih disukai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala daripada berqurban”.


Rasul Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menambahkan di dalam hadits:
و إنها لتأتي يوم القيامة بقرونها و أشعارها و أظلافها


“Kelak qurban yang disembelih seseorang di hari raya, akan datang di hari kiamat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala lengkap dengan tanduknya dengan bulunya dengan kukunya,

Tidak ada yang kurang sedikitpun untuk menjadi saksi di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan bisa memasukin orang ini kedalam surga-Nya Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”

Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menambahkan bahwa qurban yang disembelih oleh seseorang dapat menyampaikannya kepada keridhoan-Nya Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Qurban dapat menempatkan orang tersebut kepada derajat yang tinggi disisi Allah dengan waktu yang sangat cepat, bahkan Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menambahkan sebelum darah menyentuh tanah ini qurban telah membawa orang tersebut kepada derajat yang tinggi disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
و إن الدم ليقع من الله بمكانة قبل أن يقع من الأرض

“Dan sesungguhnya darahnya itu akan membawa pemiliknya naik kepada derajat yang tinggi di sisi Allah sebelum darah itu menyentuh tanah.”

Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengatakan
فطيبوا بها نفسا

“Maka Bahagiakan diri kalian dengan qurban yang bagus”.

Al Imam Asy Syairazi dalam kitab Al Muhadzdzab beliau menyebutkan tentang sunnatul udhiyah, bahwasanya udhiyah atau qurban hukumnya Sunnah Mu’akadah, sunnah yang sangat diperhatikan dan sangat dianjurkan oleh agama untuk dilakukan oleh setiap individu muslim yang memiliki kemampuan. Al imam Abdul wahab As Sya’raniy di dalam sebuah kitabnya menyebutkan hikmah Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan menganjurkan kepada kita untuk berqurban di hari raya. Qurban yang kita sembelih akan membentengi kita selama setahun penuh dari segala bala musibah bahkan akan membentengi keluarga orang tersebut dari segala bala dan musibah dan menjadi penyebab mendapat pengampuanan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Para fuqoha diantaranya Al Imam Asy Syairazi mengatakan sunnah mu’akadah untuk setiap individu yang mempunyai kemampuan. Jika tidak mempunyai kemampuan untuk menyembelih qurban, maka minimal setiap satu rumah ada yang menyembelih qurban untuk melindungi penghuni rumah tersebut dari segala bala dan musibah dan agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dari Anas ibnu Malik Radhiallahu ta’ala anhu ardhoh beliau mengatakan:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يضح بكبشين

“Dahulu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berqurban di hari raya dengan dua ekor kambing.”
Anas bin Malik mengatakan “Dan akupun berqurban dengan dua ekor kambing”.



WAKTU QURBAN


Para ulama mengatakan qurban adalah minimal satu ekor kambing. Waktunya adalah setelah dilaksanakan shalat idul adha dan kedua khutbahnya. Dan jika dilakukan sebelumnya maka tidak dihitung sebagai qurban. Sebagai contoh, seseorang yang memotong kambing setelah shalat subuh untuk dibagikan kepada faqir miskin adalah boleh tetapi tidak dihitung sebagai pahala Udh hiyah.

Para fuqoha mengatakan sangat dianjurkan ketika dilaksanakan shalat Idul Fitri agar diulur waktu pelaksanaannya, sebab hari raya Idul Fitri terikat dengan zakat fitrah dan waktu utama untuk menunaikan zakat fitrah adalah sebelum dilaksanakan shalat Idul Fitri. Berbeda halnya dengan shalat Idul Adha yang dianjurkan dilakukan lebih awal karena akan dilaksanakan penyembelihan Udh hiyah. Dan Udh hiyah dilaksanakan setelah shalat Idul Adha sehingga masa untuk berqurban menjadi lebih panjang. Sebagai contoh, di Kwitang, Guru besar umat islam Al Habib Ali bin Abdurahman Al habsyi, sejak zaman hingga saat ini di masjid Ar Riyyad kwitang, pelaksanaan shalat Idul Fitri dimulai jam delapan pagi dan untuk pelaksanaan shalat Idul Adha dimulai jam tujuh pagi. Tujuannya adalah agar orang yang ingin berzakat fitrah bisa memiliki waktu yang lebih panjang di hari Idul Fitri, dan orang yang berqurban memiliki waktu yang lebih panjang di hari Idul Adha.

Dan waktu berqurban terus berlanjut hingga terbenam matahari tanggal 13 Dzul Hijjah.


BEBERAPA ATURAN DAN SUNNAH BERQURBAN
Hal yang perlu diperhatikan dalam urutan memilih qurban yang lebih afdhal adalah sebagai berikut :

Pertama. Hewan yang disembelih adalah unta atau sapi atau kambing. Untuk wilayah Indonesia yang tidak ada unta, maka yang baik adalah sapi, kambing, atau kerbau, dan umumnya adalah sapi dan kambing. Al Imam Asy Syairazi dalam kitab Al Muhadzdzab beliau menyebutkan bahwa qurban sapi untuk 1 orang adalah lebih afdhal (utama) daripada qurban sapi untuk 7 orang. Namun jika qurban sapi dijadikan untuk 7 orang maka qurban 1 kambing untuk 1 orang adalah lebih afdhal (utama). Untuk qurban selain hewan di atas (yaitu unta, sapi/kerbau dan kambing) hukumnya tidak sah.


Kedua. Hewan yang akan disembelih tidak boleh cacat berupa cacat yang mengurangi daging. Jika cacat tersebut mengurangi daging maka qurban tidak sah. Penjual qurban juga hendaknya menjual hewan-hewan qurban yang sehat dan tidak cacat.

Kemudian diantara hal yang disunnahkan bagi yang ingin berqurban adalah sebagaimana yang tersebut di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al Imam muslim, dari Umul Mukminin Sayidatina Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
من كان عنده ذبح يريد أن يذبحه فرأى هلال ذي الحجة فلا يمس من شعره و لا من أظفاره شيئا حتى يضحي

“Barang siapa yang memiliki hewan qurban yang ingin dia qurbankan di hari raya maka apabila setelah masuk hari pertama bulan Dzulhijah hendaknya dia tidak memotong kukunya atau rambutnya hingga selesai dia menyembelih qurbannya di hari raya.”


Demikian sunnah dari Rasulullah dan hal tersebut bukan hal yang wajib. Hikmah dari sunnah ini adalah agar rahmat dan pengampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengalir kepada rambut dan kuku dan seluruh anggota badan karena begitu besarnya karunia dan anugerah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Diantara perkara yang disunnahkan adalah bahwa hewan qurban disunnahkan untuk disembelih sendiri oleh orang yang berqurban. Jika tidak bisa, dapat diwakilkan oleh tukang potong atau orang yang lebih ahli. Diriwayatkan bahwa dari 100 ekor unta milik Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang ketika itu beliau berada di tanah suci, 63 ekor unta disembelih sendiri dengan tangan suci Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Pekerjaan yang cukup berat tersebut dilakukan sendiri oleh rasulullah dan 27 ekor lainnya dilanjutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu. Kejadian ini menujukan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah seseorang yang mempunyai fisik yang kuat, tidak lemah dan penuh semangat. Karena pekerjaan memotong 1 hewan qurban cukup berat, terlebih jika menyembelih 63 ekor qurban. Dan di sinilah kisah yang melegenda, yaitu unta- unta tersebut berebut ingin lebih dahulu disembelih oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Hewan-hewan tersebut berebut ingin mendapat keberkahan dan kemuliaan karena disembelih melalui tangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Sungguh beruntung 63 hewan tersebut, sedangkan 27 sisanya mendapat keberkahan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu yang ditugaskan mewakili Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Peristiwa ini memberikan pelajaran dan anjuran agar hewan qurban disembelih sendiri oleh orang yang berqurban dan boleh diwakili jika ia tidak mampu. Apabila diwakilkan maka dianjurkan bagi orang yang berqurban tersebut agar menyaksikan hewan qurbannya ketika disembelih. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Imam Al Baihaqi sebagaimana diceritakan oleh Sahabat Abu Said Al Khudriy Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengatakan kepada Sayyidatina Fathimah puteri Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasallam:

“Wahai Fathimah bangun kepada udh hiyahmu, saksikanlah qurbanmu, karena sesungguhnya dari sejak pertama tetesan darahnya yang menyentuh bumi seluruh dosa-dosamu sudah diampuni oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”


Sungguh nikmat orang yang mampu berudh hiyah. Berqurbanlah bagi orang yang punya kemampuan berqurban dan jangan pelit karena pahalanya sangat besar, keuntungan dunia akhirat, dan terjaga dari musibah. Dalam hadits disebutkan:
عظموا ضحاياكم فإنها على الصراط مطاياكم

Besarkan qurban kalian karena sesungguhnya qurban kalian itu di atas sirath (jembatan yang dibentangkan Allah diatas api neraka) adalah tunggangan kalian”.


HUKUM MEMAKAN HEWAN QURBAN (NAZAR/SUNNAH)


Ada dua pembagian hukum terkait boleh tidaknya memakan hewan qurban.

Pertama adalah qurban yang fardhu misalnya sebuah qurban nazar, maka daging qurban seluruhnya wajib dibagikan kepada fakir miskin.


Kedua jika qurban tersebut adalah qurban yang sunnah, maka daging qurban tersebut sebagiannya wajib dibagikan kepada fakir miskin, dan sisanya boleh dimakan oleh orang yang berqurban dengan qurban sunnah ini.

Bagian yang harus diberikan kepada fakir miskin adalah daging dan bukan lemak, kulit atau tulang.

Derajat afdholiyah (keutamaan) untuk memakan qurban sunnah adalah sebagai berikut: Derajat pertama, orang yang berqurban memakan daging qurbanya sedikit dan sisanya dibagikan ke fakir miskin. Derajat kedua, orang yang berqurban memakan sepertiga bagian, sepertiga bagian lainnya dibagikan kepada fakir miskin, dan sepertiga sisanya dihadiahkankan kepada siapapun sekalipun kepada orang kaya.

PEMBAGIAN DAGING QURBAN DAN UPAH POTONG


Daging qurban tidak boleh diberikan kepada orang non muslim (baik qurban nazar atau sunnah). Qurban hanya boleh diberikan kepada orang-orang islam karena qurban adalah jamuan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala di hari raya untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Jika ada orang non muslim yang ingin diberi maka tidak boleh dari daging qurban tersebut dan bisa dibelikan daging bukan qurban di pasar untuk diberikan kepada orang non muslim tersebut.

Salah satu hal yang harus diluruskan adalah ketika berqurban, adalah tidak boleh menjadikan daging qurban, kulit, kepala, kaki, atau bagian apapun dari hewan qurban sebagai upah untuk orang yang telah menyembelih (tukang potong). Orang yang menyembelih (tukang potong) boleh menerima bagian hewan tetapi tidak boleh menjadi upah (dianggap sebagai upah). Bagian hewan tersebut adalah sama seperti bagian untuk kaum muslimin. Tukang potong boleh menerima upah dengan hal-hal yang disepakati misalnya uang atau beras atau hal lain selain bagian hewan qurban.

***

[1] Status dan derajat kekuatan hadits ini disebut secara terperinci dalam kitab At Ta’riif Bi Awhaam karya Al Muhaddits Asy Syeikh Mahmud Said Mamduh jilid 5 hal 495-498.

[2] Berkata Al Hafidz Ad Dimyathi dalam kitabnya Al Matjar Ar Rabih Hal 211 tentang sanad Al Baihaqi ini bahwa sanadnya La Ba’sa bihi (tidak ada keburukan). Status dan derajat kekuatan hadits ini disebut secara terperinci dalam kitab At Ta’riif Bi Awhaam karya Al Muhaddits Asy Syeikh Mahmud Said Mamduh jilid 5 hal 515-517.